MODEL BISNIS BERBASIS ‘KONTRAK JIWA’ PADA INDUSTRI RUMAH ALAM BATIK PASURUAN

DOI:
https://doi.org/10.36456/abadimas.v3.i2.a2171
Keywords:
hubungan kerja, kontrak jiwa, motivasi, alur kerjaAbstract
Usaha rumah Alam Batik Pasuruan berhasil mengangkat kekayaan budaya nusantara, dari motif
alam hingga proses membatik dengan pewarnaan alami, secara nasional dan internasional. Salah
satunya adalah buah Matoa, yang menjadi identitas budaya lokal kecamatan Sukorejo.
Permasalahan mitra adalah lemahnya proses rekrutmen pekerja dan keterbatasan pengembangan
desain batik yang masih bergantung pemimpin, menyulitkan usaha milik perseorangan ini menuju
usaha unggulan daerah. Solusi yang ditawarkan adalah memperkuat sisi keberhasilan
pemanfaatan model bisnis berbasis kearifan lokal mulai dari merekrut pekerja, berhubungan
dengan pelanggan, menetapkan nilai dan harga, hingga produksi dan promosi melalui tiga
pelatihan utama, yaitu desain industri, kewirausahaan, dan efisiensi sistem kerja dilanjutkan
wawancara dan pengamatan selama pelaksanaan pelatihan. Pada pelaksanaannya, konsep
‘kontrak jiwa’ lebih menekankan pada komunikasi yang serba spontan dan insidental, didasarkan
pada kesempatan yang muncul, sehingga mengesampingkan alur dan tahapan komunikasi sebagai
pendekatan interpersonal yang sewajarnya terjadi antara pihak-pihak yang bekerja sama,
sehingga memunculkan kesenjangan dalam hal komunikasi dan tindakan. Kesimpulannya, konsep
‘kontrak jiwa’ sangat kuat mengikat hubungan kerja antara pemilik dan pekerjanya, pembeli, dan
mitra usaha. Hasil kegiatan ini berupa desain industri produk yang akan didaftarkan Hak Cipta,
pendaftaran merek dagang, diagram sistem alur kerja, dan peningkatan motivasi dari 50%
menjadi 100% dan produksi sebesar 75%, serta keterlibatan penuh penyelenggaraan Festival
Batik dari tingkat kecamatan hingga dusun, baik pemerintah maupun masyarakat, UKM,
komunitas, dan beberapa perusahaan setempat.