Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Diare Menggunakan Metode ATC/DDD di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
Abstract views: 477DOI:
https://doi.org/10.36456/farmasis.v5i1.8777Keywords:
Antibiotik, ATC per DDD, Diare, DU 90 persen, PuskesmasAbstract
Pendahuluan: Diare merupakan masih menjadi masalah utama di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di segala usia. Sebagian besar kasus diare disebabkan oleh virus bersifat self limiting disease. Namun sayangnya, diare menjadi salah satu penyakit yang rentan menyebabkan overuse dan misuse dari penggunaan antibiotik. Hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko terjadinya resistensi antibiotik. Surveilans pola peresepan antibiotik merupakan bagian penting dalam pengendalian resistensi antibiotik dan perlu dilakukan secara secara rutin dari waktu ke waktu. Tujuan: Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diare di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember tahun 2021 menggunaakan metode ATC per DDD serta melihat kesesuiaan pemilihan antibiotik berdasarkan PPK tahun 2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan metode retrospektif. Pengambilan data dilakukan terhadap 55 rekam medis pasien diare rawat jalan di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember tahun 2021 yang memenuhi kriteria. Data penggunaan antibiotik dihitung nilai sesuai indikator DDD per 1000 pasien per hari, Drug Utilization (DU) 90 persen serta kesesuaian dengan PPK 2017. Hasil: Karakteristik responden menunjukkan jumlah pasien diare perempuan lebih banyak dibanding pasien laki-laki (63,64 persen vs 36,36 persen). Persentase diare terbanyak terjadi pada kelompok usia 18-25 tahun dan 36-45 tahun dengan persentase masing-masing sebesar 21, 82 persen serta diagnosis paling banyak adalah gastroenteritis akut (GEA) yaitu sebesar 67,27 persen. Total penggunaan antibiotik pada pasien diare sebesar 5,98 DDD per 1000 pasien per hari dengan antibiotik yang sering diresepkan adalah kotrimoksazol dengan nilai 3,59 DDD per 1000 pasien per hari dan menyusun 60,13 persen dari segmen DU 90 persen. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien GEA sebesar 94,59 persen. Sedangkan untuk pasien dengan diagnosis disentri, persentase kesesuaian penggunaan antibiotik didapatkan sebesar 38,88 persen. Kesimpulan: Kotrimoxazol paling tinggi diresepkan dalam terapi diare di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember dan menunjukkan persentase 60,13 persen dalam segmen DU 90 persen, sehingga perlu adanya evaluasi terkait ketepatan penggunaan sebagai upaya untuk mengendalikan jumlah peresepan antibiotik tersebut guna mencegah resiko resistensi antibiotik.