PENGGUNAAN KAFEIN DALAM DUNIA OLAHRAGA DAN EFEKNYA SEBAGAI ERGOGENIK

 Abstract views: 1710

Authors

  • Hayati Hayati Universitas PGRI Adi Buana

DOI:

https://doi.org/10.36456/wahana.v58i1.1296

Abstract

Kafein sering digunakan sebagai stimulan selama melakukan aktivitas berat karena banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kafein dapat meningkatkan Jaya tab= bila dikonsumsi sebelum olahraga jangka panjang. Kafein secara cepat diabsorpsi oleh tubuh dan mencapai puncalmya dal= 1-2 jam. Penelitian oleh Fakultas Kesehatan Olahraga di Amerika (AGSM) menunjukkan bahwa mengkonsumsi kafein 3 — 9 mg/kg berat badan (setara dengan 2 — 6 gelas kopi) 1 jam sebelum latihan akan meningkatkan kemampuan bersepeda dan berlari jarak jauh. Kafein didapat dari biji kopi, dam teh dan coklat serta banyak ditambabkan pada beberapa minuman, makanan dan obat-obatan.
Kafein cepat diabsorpsi di dalam darah dan mencapai nilai maksimal di dalam 15 — 120 menit setelah dikonsumsi. Melalui darah kafein disebarkan ke jaringan tubuh termasuk otak. Enzim di hati memecah kafein dan menyisakannya sedikit untuk dikeluarkan di urine. Kafein memiliki efek sentral dan perifer di tubuh, di susunan saraf pusat kafein mempengaruhi bagian dari otak dan sumsum tulang belakang sementara di tepi kafein mempenganthi organ dan jaringan. Pada dosis rendah (2- 10 mg/kg ) kafein meningkatkan kewaspadaan, tidak mullah lelah, menurunkan kecepatan reaksi, meningkatkan ventilasi dan mengurangi penampilan pada beberapa keahlian motorik yang halus. Pada dosis tinggi ( > 15 mg/kg ) kafein dapat menyebabkan insomnia, cemas, sakit kepala dan tidak stabil. Kafein juga memiliki efek yang tidak konsisten pada system cardiovascular. Kafein dikenal sebagai zat ergogenik karena 3 hal yaitu 1. mobilisasi kalsium intraseluler dari renlculum sarkoplasma otot rangka dengan menunmkan nilai ambang eksitabilitas dan membuat kontraksi otot lebih lama dengan menghambat pengambilan kembali kalsium oleh retikulnra sarkoplasma, 2. meningkatkan Cyclic 3'S' Adenosine Monophosphate ( C AMP) dengan menghambat phosphodiesterase di otot dan sel lemak, menghambat aktivitas cyclic nucleotide phosphodiesterase yaitu enzim yang membantu pemecahan C-AMP. Hal ini menyebabkan peningkatan lipolisis dengan meningkatkan kadar C-AMP sehingga terjadi peningkatan asam lemak selama latihan dan menyebabkan efek penghematan glikogen pada latihan endurance jangka panjang, 3. Persaingan antagonis dengan receptor Adenosine type I terutama di Sum= Saraf Pusat yang bextugas menghambat lipolisis.

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2012-06-01

Issue

Section

Artikel